Saya orang yang tidak mudah menyerah. Tapi kadang Alloh berkehendak lain. Memikiran apa yang kira-kira Alloh ingin saya untuk lakukan membuat saya pusing. Dan akhirnya, saya menjalaninya tanpa memikirkan apapun.
Apalah. Hidup ini memang lucu. Kadang membuat kita lupa dengan semua keindahannya, membuat kita buta dengan segala kilauannya. Tapi juga bisa menjatuhkan kita bak nyamuk yang disemprot baygon. Sekali semprot, habislah.
Hidup kadang juga membawa kita terbang dengan semua angan, membawa kita menembus awan, membuat kita ingin tinggal di sana selamanya. Tapi tetap saja, di sisi lain dia juga bisa menghempaskan kita dengan seluruh rasa sakit ke atas tanah. Blaaasss! Sekali jadi.
Seperti tokoh Zarah dalam Supernova: Partikel. Saya Penjudi yang buruk. Untuk pertama kalinya saya menyukai seseorang dengan begitu dalam. Entah sejak kapan perasaan itu dimulai, yang jelas rasa itu ada. Dan nyata. Walaupun entah berbentuk atau tidak. Perasaan ini tak terdefinisikan dengan kata manapun. Kalian yang jatuh cinta mungkin pernah merasakannya. Oh tidak. Saya bukannya jatuh cinta. Hanya terjun bebas. Tanpa pengaman dan mungkin akan terkapar di dasar- kalau jurang itu punya dasar.
Kira-kira... hanya kira-kira. Kurang lebih 27 bulan saya mengenalnya. Mengenal perasaan yang tak terdefinisikan ini. Saya bahkan tidak yakin apa namanya. Dia hanya ada. Tanpa diminta dan tanpa aba-aba. Bahkan tak juga bilang permisi. Tapi entah apa yang membuat saya bisa begitu saja tenggelam di dalamnya, tanpa diminta dan tanpa meminta apa-apa. Perasaan itu begitu jelas, dia begitu jelas, semuanya begitu jelas. Ataukah hanya hati saya saja yang buta menyangka semua jelas?
Seiring waktu berjalan, terlalu banyak yang dihabiskan bersama dengan perasaan itu. Perasaan yang tumbuh begitu saja, menjamur dan entah sudah menjadi sebesar apa. Mungkin sudah jadi seperti Armillaria ostoyae, organisme terbesar di dunia, dan dia adalah jamur. JAMUR. Jamur yang menyimpan banyak informasi dalam bentang waktu yang sangat lama, hanya kita saja yang belum menemukan cara untuk mengakses informasi itu. Duh, apa yang saya bicarakan? Maaf, jadi ngalor ngidul tidak jelas.
Lalu apa yang jelas? Bahkan perasaan saya saat ini sangat tidak jelas. Dihadapkan dengan sesuatu yang saya bahkan tak tau bagaimana cara memutuskan, apa saja yang perlu saya timbang. Haruskah saya menyerah dengan perasaan tersebut? Akankah tiba saatnya saya akan menyerah? Akankah tiba saatnya saya harus melepaskan? Haruskah saya menyerah? Haruskah saya melepaskan? Atau justru malah akan bertahan?
Yang saya perlukan hanyalah konfirmasi. Semua ini begitu membingungkan.
Satu hal yang saya tahu. Semua akan ada jawabannya, karena setiap pertanyaan selalu mempunyai jawaban. Bahkan menyerah pun bisa menjadi jawaban.
Dan saya akan tahu ketika hati kami bertemu.
Saling menyapa...
Dan bertanya kabar...
Ah, entahlah...
Saya hanya bisa percaya.
No comments:
Post a Comment