Wednesday, February 13, 2013

Other Side #2


Lanjutan dari Otehr Side #1

Setinggi apa cita-citaku?
Beliau juga menerangkan tentang perbedaan CITA-CITA dan KEINGINAN (NAFSU DUNIA). Ini nih bagian yang paling saya suka. Pasti kalian bertanya-tanya apa bedanya? Pak Agung mengataka kurang lebih seperti ini. Cita-cita yang berdasarkan kepada keinginan, tak ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Contohnya saja, ketika seseorang bertanya, “Hei, apa cita-citamu?”. Kemudian kamu menjawab, “Jadi dosen”. Kemudian orang itu bertanya lagi,”Kenapa?” Kamu pun menjawab, “Pengen aja.”  Atau mungkin nih, “Yaa, keren kan kalau bisa jadi dosen.” Nha, pada saat kamu menjawab seperti itu, berhati-hatilah. Kemungkinan besar cita-cita kamu itu hanya berlandaskan kepada keinginan dunia saja.

Lalu, apa bedanya?
Begini, cita-cita yang berdasarkan kepada keinginan, tak ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Cuma untuk nampang keren karena bisa kuliah di Universitas A, atau Universitas B, lalu jadi dokter atau apalah. Itu sama saja mengelabuhi diri kamu sendiri, seolah kamu hanyalah manusia yang stuck pada dunia yang itu-itu saja. Sedangkan CITA-CITA adalah sesuatu yang berlandaskan prinsip hidup. Bukan hanya karena kuliah di sini keren, punya profesi ini sukses dan sebagainya. Tapi cita-cita itu adalah sesuatu yang datang dari dalam diri kamu sendiri. Bukan sebuah bentuk kepasrahan kayak, “Ah, kuliah dimanapun ntar juga bakal kerja, terus sukses deh.” Jangan sampai seperti itu.

Menanggapi hal Cita-cita dan Keinginan menuju sukses, Pak Agung juga menyampaikan tentang apa sih SUKSES itu? Coba deh tanya, kepada para orang berduit, apa itu sukses? Duit banyak? Tahik mental kaleng. Mayoritas orang sekarang ini menilai sebuah sukses dengan mobil mewah, rumah mewah, pekerjaan mapan, hidup berkelebihan. Itu mah bukan sukses. Itu Cuma kilauan dunia. Semua itu bisa kapan saja rusak. Hla wong dunia ini saja suatu saat juga akan rusak oleh kiamat. Tamat.

Kunci Sukses nih men!

Sedangkan menurut Pak Agung sendiri SUKSES itu adalah ketika kita benar-benar mencintai apa yang kita lakukan. Bekerja dengan penuh rasa kewajiban. Bukan hanya bekerja untuk dapan duit, kalo nggak kerja gak dapet duit. Bukan hanya untuk mengejar keperluan duniawi. Tapi dengan mencintai apa yang kita lakukan, dan melakukannya dengan usaha terbaik kita.

Keperluan duniawi (red:rejeki) itu sudah ada Alloh yang mengatur. Hanya mediumnya saja yang berbeda-beda. Cara mendapatkannya? Berdoa. Pemahaman mayoritas bahwa berdoa itu adalah dengan menengadahkan tangan dan mengucap doa. Padahal kalau diletisik lebih jauh, tak hanya berhenti di situ. Berdoa sangat bisa kita lakukan melalui perbuatan kita. Contoh saja kita menghina atau menyakiti teman, berarti sama saja kita berdoa hal yang negative untuk diri kita sendiri. Beda lagi dengan misal kita membantu anak jalanan yang kelaparan dengan membelikan makanan, itu berarti kita berdoa hal yang positive untuk diri kita sendiri. Saya jadi punya opini bahwa asal muasal perumpamaan, “Perbuatan apapun yang kita lakuakan akan kembali lagi kepada kita dengan bentuk yang sama” adalah  dari contoh-contoh kasus seperti tadi. Hal-hal itu tuh yang membuat saya speechless. Sampai saat ini pun rasanya saya masih terkagum dengan sosok Pak Agung sang guru Pencak Silat. Hehe

Nah, teman. Banyak sekali ternyata yang bisa saya dapatkan dari percakapan dengan Pak Agung sore ini. Selain kaki saya yang sudah berhasil dibenerin, saya pun mendapat banyak share petuah dari beliau. Alhamdulillah, ilmu saya bertambah lagi hari ini.  Semoga pandangan saya tentang hidup ini semakin luas dan positif. Semoga Alloh selalu meridhoi kita semua. Amiin :)

No comments:

Post a Comment