Lanjutan dari Otehr Side #1
![]() |
Setinggi apa cita-citaku? |
Beliau juga menerangkan
tentang perbedaan CITA-CITA dan KEINGINAN (NAFSU DUNIA). Ini nih bagian yang
paling saya suka. Pasti kalian bertanya-tanya apa bedanya? Pak Agung mengataka
kurang lebih seperti ini. Cita-cita yang berdasarkan kepada keinginan, tak
ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Contohnya saja, ketika
seseorang bertanya, “Hei, apa cita-citamu?”. Kemudian kamu menjawab, “Jadi
dosen”. Kemudian orang itu bertanya lagi,”Kenapa?” Kamu pun menjawab, “Pengen
aja.” Atau mungkin nih, “Yaa, keren kan
kalau bisa jadi dosen.” Nha, pada saat kamu menjawab seperti itu, berhati-hatilah.
Kemungkinan besar cita-cita kamu itu hanya berlandaskan kepada keinginan dunia
saja.
Lalu, apa bedanya?
Begini, cita-cita yang berdasarkan
kepada keinginan, tak ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat
duniawi. Cuma untuk nampang keren karena bisa kuliah di Universitas A, atau
Universitas B, lalu jadi dokter atau apalah. Itu sama saja mengelabuhi diri
kamu sendiri, seolah kamu hanyalah manusia yang stuck pada dunia yang itu-itu
saja. Sedangkan CITA-CITA adalah sesuatu yang berlandaskan prinsip hidup. Bukan
hanya karena kuliah di sini keren, punya profesi ini sukses dan sebagainya. Tapi
cita-cita itu adalah sesuatu yang datang dari dalam diri kamu sendiri. Bukan sebuah
bentuk kepasrahan kayak, “Ah, kuliah dimanapun ntar juga bakal kerja, terus
sukses deh.” Jangan sampai seperti itu.
Menanggapi hal Cita-cita
dan Keinginan menuju sukses, Pak Agung juga menyampaikan tentang apa sih SUKSES
itu? Coba deh tanya, kepada para orang berduit, apa itu sukses? Duit banyak? Tahik
mental kaleng. Mayoritas orang sekarang ini menilai sebuah sukses dengan mobil
mewah, rumah mewah, pekerjaan mapan, hidup berkelebihan. Itu mah bukan sukses.
Itu Cuma kilauan dunia. Semua itu bisa kapan saja rusak. Hla wong dunia ini
saja suatu saat juga akan rusak oleh kiamat. Tamat.
![]() |
Kunci Sukses nih men! |
Sedangkan menurut Pak Agung
sendiri SUKSES itu adalah ketika kita benar-benar mencintai apa yang kita
lakukan. Bekerja dengan penuh rasa kewajiban. Bukan hanya bekerja untuk dapan
duit, kalo nggak kerja gak dapet duit. Bukan hanya untuk mengejar keperluan
duniawi. Tapi dengan mencintai apa yang kita lakukan, dan melakukannya dengan
usaha terbaik kita.
Keperluan duniawi
(red:rejeki) itu sudah ada Alloh yang mengatur. Hanya mediumnya saja yang
berbeda-beda. Cara mendapatkannya? Berdoa. Pemahaman mayoritas bahwa berdoa itu
adalah dengan menengadahkan tangan dan mengucap doa. Padahal kalau diletisik
lebih jauh, tak hanya berhenti di situ. Berdoa sangat bisa kita lakukan melalui
perbuatan kita. Contoh saja kita menghina atau menyakiti teman, berarti sama
saja kita berdoa hal yang negative untuk diri kita sendiri. Beda lagi dengan misal
kita membantu anak jalanan yang kelaparan dengan membelikan makanan, itu
berarti kita berdoa hal yang positive untuk diri kita sendiri. Saya jadi punya
opini bahwa asal muasal perumpamaan, “Perbuatan apapun yang kita lakuakan akan
kembali lagi kepada kita dengan bentuk yang sama” adalah dari contoh-contoh kasus seperti tadi. Hal-hal
itu tuh yang membuat saya speechless. Sampai saat ini pun rasanya saya masih
terkagum dengan sosok Pak Agung sang guru Pencak Silat. Hehe
Nah, teman. Banyak sekali
ternyata yang bisa saya dapatkan dari percakapan dengan Pak Agung sore ini.
Selain kaki saya yang sudah berhasil dibenerin, saya pun mendapat banyak share petuah
dari beliau. Alhamdulillah, ilmu saya bertambah lagi hari ini. Semoga pandangan saya tentang hidup ini
semakin luas dan positif. Semoga Alloh selalu meridhoi kita semua. Amiin :)
No comments:
Post a Comment