![]() |
Olahraga Asli Indonesia yang Mendunia |
Sore ini saya pergi ke
rumah nenek saya di daerah Karang Watu, Muntilan. Saya bilang deh kalo kaki
saya terkilir dari kemarin-kemarin rasaya sakit. Alhasil diboyonglah saya ke
tempatnya Pak Agung buat ‘dibenerin’. Ini pertama kalinya hlo saya ‘dibenerin’
dan ketemu sama Pak Agung. Pak Agung yang berprofesi sebagai guru Pencak Silat
ini konon memang bisa ‘ngebenerin’ sesuatu kayak kasus saya ini. Dan tibalah
saya di tempatnya Pak Agung. Pertama ditanyain mau ngapain. Ya saya bilang aja
mau ‘ngebenerin’ kaki yang terkilir. Terus disuruh duduk gitu. Nunggu sebentar Pak Agung solah. Lalu...(apalah ini tak penting).
Langsung intinya aja deh.
-_-
Diluardugaan ternyata Pak
Agung ini orangnya lucu, pintar ngomong dan bijak juga. Beliau mempunyai 3
anak, yang pertama kuliah di PJKR UNY, yang kedua di PGSD UNY dan yang terakhir
nih kuliah di Filsafat UIN. Filsafat men! Filsafat. Saya ulang lagi biar
dramatis. FILSAFAT -dengan huruf kapital. Jurusan yang hampir mustahil buat
saya bisa menitih ilmu di sana. Otak saya rata-rata, bahkan mungkin saja agak
menjorok ke bawah yang semoga cuma dikit menjorok aja.
Nha kemudian, cerita punya
cerita, sambil ngurut-ngurut ngebenerin kaki saya Pak Agung menceritakan lebih
banyak hal. Mulai dari anak-anaknya yang sedang sekolah tadi, profesi, prinsip
hidup, tujuan hidup, keyakinan, sampai sistem pendidikan pun di bahas. Tapi
bukan cuma itu yang bikin saya kagum sama orang yang satu ini. Eh,
ngomong-ngomong saya belum mendeskripsikan si Pak Agung ini ya? Oke gini. Pak
Agung itu orangnya supel, dengan muka yang menurut saya mirip sama Pak De saya.
Hidung yang lengkung bulat sedang ke depan, dengan rambut yang mulai beruban
sedikit, mata yang cekung ke dalam dan berkantung hitam, senyum yang lucu
menurut saya. Juga ekspresinya ketika beliau bercerita. Beh, kayak lihat
teater. Menjiwai dengan penekanan ekspresi pada moment pengungkapan kata
tertentu. Sambil menggedok meja pula. Kalau saya pergatikan malah jadi mirip
pewayangan. Apalagi ketika beliau melamun dan bersandar pada tembok. Speechless
saya. Seperti sebuah Seni. Dengan kulitnya sawo matang tidak kuning dan
ekspresi wajahnya seperti selalu berpikir. Entah apa deh yang dipikirkan. Yah, kira-kira seperti itulah Pak Agung.
Oke, lanjut cyin.
Yang membuat saya lebih
terkagum-kagum lagi tentang sosok Pak Agung ini adalah kenyataan bahwa beliau
bisa ber-filosofi ria. Melontarkan kritik-kritahik terhadap keyakinan yang
merujuk pada musyrik. Sampai kritik-kritahik seputar sistem pendidikan saat ini
dengan perumpamaan-perumpamaan yang sangat saya sukai. Tentang betapa tahiknya
sistem pendidikan saat ini yang hanya bermodel memberikan pressure kepada
anak-anak pra-UN (kayak saya ini) dan mengabaikan hal yang terpenting. Kepercayaan.
Keyakinan. Keyakinan untuk bisa melakukan yang terbaik. Keyakian untuk percaya
kepada diri sendiri. Dan keyakinan kepada Alloh yang Maha Baik.
Lanjut ke entri berikutnya.
No comments:
Post a Comment