Wednesday, February 13, 2013

Other Side #1

Olahraga Asli Indonesia yang Mendunia
Sore ini saya pergi ke rumah nenek saya di daerah Karang Watu, Muntilan. Saya bilang deh kalo kaki saya terkilir dari kemarin-kemarin rasaya sakit. Alhasil diboyonglah saya ke tempatnya Pak Agung buat ‘dibenerin’. Ini pertama kalinya hlo saya ‘dibenerin’ dan ketemu sama Pak Agung. Pak Agung yang berprofesi sebagai guru Pencak Silat ini konon memang bisa ‘ngebenerin’ sesuatu kayak kasus saya ini. Dan tibalah saya di tempatnya Pak Agung. Pertama ditanyain mau ngapain. Ya saya bilang aja mau ‘ngebenerin’ kaki yang terkilir. Terus disuruh duduk gitu. Nunggu sebentar Pak Agung solah. Lalu...(apalah ini tak penting).
Langsung intinya aja deh. -_-

Diluardugaan ternyata Pak Agung ini orangnya lucu, pintar ngomong dan bijak juga. Beliau mempunyai 3 anak, yang pertama kuliah di PJKR UNY, yang kedua di PGSD UNY dan yang terakhir nih kuliah di Filsafat UIN. Filsafat men! Filsafat. Saya ulang lagi biar dramatis. FILSAFAT -dengan huruf kapital. Jurusan yang hampir mustahil buat saya bisa menitih ilmu di sana. Otak saya rata-rata, bahkan mungkin saja agak menjorok ke bawah yang semoga cuma dikit menjorok aja. 

Nha kemudian, cerita punya cerita, sambil ngurut-ngurut ngebenerin kaki saya Pak Agung menceritakan lebih banyak hal. Mulai dari anak-anaknya yang sedang sekolah tadi, profesi, prinsip hidup, tujuan hidup, keyakinan, sampai sistem pendidikan pun di bahas. Tapi bukan cuma itu yang bikin saya kagum sama orang yang satu ini. Eh, ngomong-ngomong saya belum mendeskripsikan si Pak Agung ini ya? Oke gini. Pak Agung itu orangnya supel, dengan muka yang menurut saya mirip sama Pak De saya. Hidung yang lengkung bulat sedang ke depan, dengan rambut yang mulai beruban sedikit, mata yang cekung ke dalam dan berkantung hitam, senyum yang lucu menurut saya. Juga ekspresinya ketika beliau bercerita. Beh, kayak lihat teater. Menjiwai dengan penekanan ekspresi pada moment pengungkapan kata tertentu. Sambil menggedok meja pula. Kalau saya pergatikan malah jadi mirip pewayangan. Apalagi ketika beliau melamun dan bersandar pada tembok. Speechless saya. Seperti sebuah Seni. Dengan kulitnya sawo matang tidak kuning dan ekspresi wajahnya seperti selalu berpikir. Entah apa deh yang dipikirkan. Yah, kira-kira seperti itulah Pak Agung.

Oke, lanjut cyin.
Yang membuat saya lebih terkagum-kagum lagi tentang sosok Pak Agung ini adalah kenyataan bahwa beliau bisa ber-filosofi ria. Melontarkan kritik-kritahik terhadap keyakinan yang merujuk pada musyrik. Sampai kritik-kritahik seputar sistem pendidikan saat ini dengan perumpamaan-perumpamaan yang sangat saya sukai. Tentang betapa tahiknya sistem pendidikan saat ini yang hanya bermodel memberikan pressure kepada anak-anak pra-UN (kayak saya ini) dan mengabaikan hal yang terpenting. Kepercayaan. Keyakinan. Keyakinan untuk bisa melakukan yang terbaik. Keyakian untuk percaya kepada diri sendiri. Dan keyakinan kepada Alloh yang Maha Baik.

Lanjut ke entri berikutnya.

No comments:

Post a Comment