Thursday, February 28, 2013

Germany : Our Best Day Ever



 UNSER AM BESTEN TAG

Erstellt von : Dian Zughlul A.

Wann sprechst du
Ich höre deine Problemme
Wann bist du allein
Ich will dein Freunde werden
Wann angst du
Ich will deine Schwert werden

Ich kann für dich stand
Ich will in deine seite Straßen
Ich möchte deine Wunde verschwinden
Ich möchte deine Lachen machen
                                          
Nich noch für etwas
Nich noch für deine Belohnungen
Aber nur für dich
Denn du bist du
Und das ist unser Tag

Wednesday, February 27, 2013

Bear Brother

Saya kenal dengan seseorang yang sangat baik sama saya. Dan, berhubung saya tidak mempunyai kakak, mari kita panggil dia si Katje (Kakak Terketje). Maksa? Biar deh.

Suatu sore pada hari apa itu ya? tanggal 14 kemarin kalo nggak salah, saya menghabisakan waktu dengan si Katje ini. Saya di belikan eskiim asam gado-gado juga hlo. Yah, walaupun saya yang maksa mbayarin sih. Haha Selain itu banyak yang dibicarakan. Dari mulai hal yang paliiing tidak penting sekalipun. Tapi saya sangat senang karena saya punya teman bicara untuk menjaga saya tetap waras. Mengingat minggu in ke depan acaranya marathon. Harus siap tahan banting. Ciaat ciaaaaat!

Sunday, February 24, 2013

Sebuah Puncak Kegalauan

Saya orang yang tidak mudah menyerah. Tapi kadang Alloh berkehendak lain. Memikiran apa yang kira-kira Alloh ingin saya untuk lakukan membuat saya pusing. Dan akhirnya, saya menjalaninya tanpa memikirkan apapun.

Apalah. Hidup ini memang lucu. Kadang membuat kita lupa dengan semua keindahannya, membuat kita buta dengan segala kilauannya. Tapi juga bisa menjatuhkan kita bak nyamuk yang disemprot baygon. Sekali semprot, habislah. 

Hidup kadang juga membawa kita terbang dengan semua angan, membawa kita menembus awan, membuat kita ingin tinggal di sana selamanya. Tapi tetap saja, di sisi lain dia juga bisa menghempaskan kita dengan seluruh rasa sakit ke atas tanah. Blaaasss! Sekali jadi. 

Seperti tokoh Zarah dalam Supernova: Partikel. Saya Penjudi yang buruk. Untuk pertama kalinya saya menyukai seseorang dengan begitu dalam. Entah sejak kapan perasaan itu dimulai, yang jelas rasa itu ada. Dan nyata. Walaupun entah berbentuk atau tidak. Perasaan ini tak terdefinisikan dengan kata manapun. Kalian yang jatuh cinta mungkin pernah merasakannya. Oh tidak. Saya bukannya jatuh cinta. Hanya terjun bebas. Tanpa pengaman dan mungkin akan terkapar di dasar- kalau jurang itu punya dasar.

 Kira-kira... hanya kira-kira. Kurang lebih 27 bulan saya mengenalnya. Mengenal perasaan yang tak terdefinisikan ini. Saya bahkan tidak yakin apa namanya. Dia hanya ada. Tanpa diminta dan tanpa aba-aba. Bahkan tak juga bilang permisi. Tapi entah apa yang membuat saya bisa begitu saja tenggelam di dalamnya, tanpa diminta dan tanpa meminta apa-apa. Perasaan itu begitu jelas, dia begitu jelas, semuanya begitu jelas. Ataukah hanya hati saya saja yang buta menyangka semua jelas? 

Seiring waktu berjalan, terlalu banyak yang dihabiskan bersama dengan perasaan itu. Perasaan yang tumbuh begitu saja, menjamur dan entah sudah menjadi sebesar apa. Mungkin sudah jadi seperti Armillaria ostoyae, organisme terbesar di dunia, dan dia adalah jamur. JAMUR. Jamur yang menyimpan banyak informasi dalam bentang waktu yang sangat lama, hanya kita saja yang belum menemukan cara untuk mengakses informasi itu. Duh, apa yang saya bicarakan? Maaf, jadi ngalor ngidul tidak jelas. 

Lalu apa yang jelas? Bahkan perasaan saya saat ini sangat tidak jelas. Dihadapkan dengan sesuatu yang saya bahkan tak tau bagaimana cara memutuskan, apa saja yang perlu saya timbang. Haruskah saya menyerah dengan perasaan tersebut? Akankah tiba saatnya saya akan menyerah? Akankah tiba saatnya saya harus melepaskan? Haruskah saya menyerah? Haruskah saya melepaskan? Atau justru malah akan bertahan?

Yang saya perlukan hanyalah konfirmasi. Semua ini begitu membingungkan. 
Satu hal yang saya tahu. Semua akan ada jawabannya, karena setiap pertanyaan selalu mempunyai jawaban. Bahkan menyerah pun bisa menjadi jawaban.

Dan saya akan tahu ketika hati kami bertemu. 
Saling menyapa...
Dan bertanya kabar...
Ah, entahlah...

Saya hanya bisa percaya.

Wednesday, February 13, 2013

Other Side #2


Lanjutan dari Otehr Side #1

Setinggi apa cita-citaku?
Beliau juga menerangkan tentang perbedaan CITA-CITA dan KEINGINAN (NAFSU DUNIA). Ini nih bagian yang paling saya suka. Pasti kalian bertanya-tanya apa bedanya? Pak Agung mengataka kurang lebih seperti ini. Cita-cita yang berdasarkan kepada keinginan, tak ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Contohnya saja, ketika seseorang bertanya, “Hei, apa cita-citamu?”. Kemudian kamu menjawab, “Jadi dosen”. Kemudian orang itu bertanya lagi,”Kenapa?” Kamu pun menjawab, “Pengen aja.”  Atau mungkin nih, “Yaa, keren kan kalau bisa jadi dosen.” Nha, pada saat kamu menjawab seperti itu, berhati-hatilah. Kemungkinan besar cita-cita kamu itu hanya berlandaskan kepada keinginan dunia saja.

Lalu, apa bedanya?
Begini, cita-cita yang berdasarkan kepada keinginan, tak ubahnya hanya untuk mengejar sesuatu yang bersifat duniawi. Cuma untuk nampang keren karena bisa kuliah di Universitas A, atau Universitas B, lalu jadi dokter atau apalah. Itu sama saja mengelabuhi diri kamu sendiri, seolah kamu hanyalah manusia yang stuck pada dunia yang itu-itu saja. Sedangkan CITA-CITA adalah sesuatu yang berlandaskan prinsip hidup. Bukan hanya karena kuliah di sini keren, punya profesi ini sukses dan sebagainya. Tapi cita-cita itu adalah sesuatu yang datang dari dalam diri kamu sendiri. Bukan sebuah bentuk kepasrahan kayak, “Ah, kuliah dimanapun ntar juga bakal kerja, terus sukses deh.” Jangan sampai seperti itu.

Menanggapi hal Cita-cita dan Keinginan menuju sukses, Pak Agung juga menyampaikan tentang apa sih SUKSES itu? Coba deh tanya, kepada para orang berduit, apa itu sukses? Duit banyak? Tahik mental kaleng. Mayoritas orang sekarang ini menilai sebuah sukses dengan mobil mewah, rumah mewah, pekerjaan mapan, hidup berkelebihan. Itu mah bukan sukses. Itu Cuma kilauan dunia. Semua itu bisa kapan saja rusak. Hla wong dunia ini saja suatu saat juga akan rusak oleh kiamat. Tamat.

Kunci Sukses nih men!

Sedangkan menurut Pak Agung sendiri SUKSES itu adalah ketika kita benar-benar mencintai apa yang kita lakukan. Bekerja dengan penuh rasa kewajiban. Bukan hanya bekerja untuk dapan duit, kalo nggak kerja gak dapet duit. Bukan hanya untuk mengejar keperluan duniawi. Tapi dengan mencintai apa yang kita lakukan, dan melakukannya dengan usaha terbaik kita.

Keperluan duniawi (red:rejeki) itu sudah ada Alloh yang mengatur. Hanya mediumnya saja yang berbeda-beda. Cara mendapatkannya? Berdoa. Pemahaman mayoritas bahwa berdoa itu adalah dengan menengadahkan tangan dan mengucap doa. Padahal kalau diletisik lebih jauh, tak hanya berhenti di situ. Berdoa sangat bisa kita lakukan melalui perbuatan kita. Contoh saja kita menghina atau menyakiti teman, berarti sama saja kita berdoa hal yang negative untuk diri kita sendiri. Beda lagi dengan misal kita membantu anak jalanan yang kelaparan dengan membelikan makanan, itu berarti kita berdoa hal yang positive untuk diri kita sendiri. Saya jadi punya opini bahwa asal muasal perumpamaan, “Perbuatan apapun yang kita lakuakan akan kembali lagi kepada kita dengan bentuk yang sama” adalah  dari contoh-contoh kasus seperti tadi. Hal-hal itu tuh yang membuat saya speechless. Sampai saat ini pun rasanya saya masih terkagum dengan sosok Pak Agung sang guru Pencak Silat. Hehe

Nah, teman. Banyak sekali ternyata yang bisa saya dapatkan dari percakapan dengan Pak Agung sore ini. Selain kaki saya yang sudah berhasil dibenerin, saya pun mendapat banyak share petuah dari beliau. Alhamdulillah, ilmu saya bertambah lagi hari ini.  Semoga pandangan saya tentang hidup ini semakin luas dan positif. Semoga Alloh selalu meridhoi kita semua. Amiin :)

Other Side #1

Olahraga Asli Indonesia yang Mendunia
Sore ini saya pergi ke rumah nenek saya di daerah Karang Watu, Muntilan. Saya bilang deh kalo kaki saya terkilir dari kemarin-kemarin rasaya sakit. Alhasil diboyonglah saya ke tempatnya Pak Agung buat ‘dibenerin’. Ini pertama kalinya hlo saya ‘dibenerin’ dan ketemu sama Pak Agung. Pak Agung yang berprofesi sebagai guru Pencak Silat ini konon memang bisa ‘ngebenerin’ sesuatu kayak kasus saya ini. Dan tibalah saya di tempatnya Pak Agung. Pertama ditanyain mau ngapain. Ya saya bilang aja mau ‘ngebenerin’ kaki yang terkilir. Terus disuruh duduk gitu. Nunggu sebentar Pak Agung solah. Lalu...(apalah ini tak penting).
Langsung intinya aja deh. -_-

Diluardugaan ternyata Pak Agung ini orangnya lucu, pintar ngomong dan bijak juga. Beliau mempunyai 3 anak, yang pertama kuliah di PJKR UNY, yang kedua di PGSD UNY dan yang terakhir nih kuliah di Filsafat UIN. Filsafat men! Filsafat. Saya ulang lagi biar dramatis. FILSAFAT -dengan huruf kapital. Jurusan yang hampir mustahil buat saya bisa menitih ilmu di sana. Otak saya rata-rata, bahkan mungkin saja agak menjorok ke bawah yang semoga cuma dikit menjorok aja. 

Nha kemudian, cerita punya cerita, sambil ngurut-ngurut ngebenerin kaki saya Pak Agung menceritakan lebih banyak hal. Mulai dari anak-anaknya yang sedang sekolah tadi, profesi, prinsip hidup, tujuan hidup, keyakinan, sampai sistem pendidikan pun di bahas. Tapi bukan cuma itu yang bikin saya kagum sama orang yang satu ini. Eh, ngomong-ngomong saya belum mendeskripsikan si Pak Agung ini ya? Oke gini. Pak Agung itu orangnya supel, dengan muka yang menurut saya mirip sama Pak De saya. Hidung yang lengkung bulat sedang ke depan, dengan rambut yang mulai beruban sedikit, mata yang cekung ke dalam dan berkantung hitam, senyum yang lucu menurut saya. Juga ekspresinya ketika beliau bercerita. Beh, kayak lihat teater. Menjiwai dengan penekanan ekspresi pada moment pengungkapan kata tertentu. Sambil menggedok meja pula. Kalau saya pergatikan malah jadi mirip pewayangan. Apalagi ketika beliau melamun dan bersandar pada tembok. Speechless saya. Seperti sebuah Seni. Dengan kulitnya sawo matang tidak kuning dan ekspresi wajahnya seperti selalu berpikir. Entah apa deh yang dipikirkan. Yah, kira-kira seperti itulah Pak Agung.

Oke, lanjut cyin.
Yang membuat saya lebih terkagum-kagum lagi tentang sosok Pak Agung ini adalah kenyataan bahwa beliau bisa ber-filosofi ria. Melontarkan kritik-kritahik terhadap keyakinan yang merujuk pada musyrik. Sampai kritik-kritahik seputar sistem pendidikan saat ini dengan perumpamaan-perumpamaan yang sangat saya sukai. Tentang betapa tahiknya sistem pendidikan saat ini yang hanya bermodel memberikan pressure kepada anak-anak pra-UN (kayak saya ini) dan mengabaikan hal yang terpenting. Kepercayaan. Keyakinan. Keyakinan untuk bisa melakukan yang terbaik. Keyakian untuk percaya kepada diri sendiri. Dan keyakinan kepada Alloh yang Maha Baik.

Lanjut ke entri berikutnya.

Analogi Logika


ANALOGI LOGIKA - Dochi Sadega.


Saya bukan fans Pee Wee Gaskins bahkan dulu saya nggak suka sama sekali. Saya kemakan omongan sebagian orang yang men-judge mereka yang nggak-nggak padahal aslinya mereka juga belum pernah denger lagu PWG. Nyesel juga sih sekarang kalo inget dulu ikutan menjudge tanpa tahu apa-apa (saya utarakan permohonan maaf dari hati yang paling dalam u,u).Saya nggak tahu semua lagu mereka, jarang denger lagu mereka, bahkan nggak tahu personilnya siapa saja. Tapi semua itu berubah setelah Negara api menyerang. -__-  Ralat. Tapi semua berubah karena kakak dan teman saya ternyata suka lagu-lagu mereka. Saya jadi sering menjumpai lagu-lagu PWG di mana-mana. Mau nggak mau tetep jadi ketularan juga deh. :) Tapi saat ini saya bukan mau ngomongin ketertarikan saya sama PWG, tapi si basisstnya, Dochi Sadega. Gara-gara follow dia di twitter, kok saya jadi ngefans sama orang satu itu ya.  :)

Kemudian ceritapun berlanjut.
Berawal dari ketidaksengajaan mendengar Fluktuasi Glukosa yang sedang dengerin sama teman saya, saya tertarik. Bukan hanya tertarik, saya jadi keseringan dengerin lagu ini. Setiap hari, ratusan kali. Kalau yang menyanyikan penyanyi asli, pasti sudah kehabisan suara tuh. Hahaha. Tapi beneran deh, saya suka lagunya. Ringan, ceria, enak didenger, ngepas di hati lagi. Kalau sudah dengerin lagu ini bawaanya good mood terus. :) Nha, lama kelamaan saya jadi penasaran sama lagu-lagu yang lain. Search di google deh. Dan saya menemukan Analogi Logika-nya si Dochi. Yey.  :D

Saat ini bahkan saya lagi dengerin lagu Yang Terakhir. Lagu ini merupakan salah satu lagu yang paling banyak diputar dalam playlist saya dari kemarin-kemarin. Selain itu ada juga Ten Fold Apopogy, Acceptance (Just to Dream of You), Dalam Kelam, dan tentu saja Fluktuasi Glukosa. :) Yang Ten Fold Apology sama Acceptance rhythm-nya duh bikin goose bumps gimana gitu. Kalau Yang Terakhir bawaannya kayak Fluktuasi Glukosa, bikin good mood happy-happy gimana gitu. :)
Kamu bisa denger lagu-lagu ter sebut di sini nih --> Soundcloud Sadega Dochi
Lihat musikya, rasakan suaranya! Enjoy :)