Wednesday, February 13, 2019

Kalo diingat-ingat lagi.

Hello. It's been a while since I used English to made entries in this blog. It was part of my exercise so I used to writing in English. And yes, it was quite effective and I would be some kind of good habits, and I ever thought I would like to used English for this whole blog. Buts. To used Bahasa Indonesia once in a while isn't bad either. So, after such a not really long time, let me used Bahasa Indonesia for this one.

Kalo diingat-ingat lagi...


Aku "hampir" nggak pernah melibatkan uang bapak ibuk untuk hobi aku. Mulai dari awal kuliah aku mulai sering jalan-jalan, naik kereta mengunjungi beberapa kota, dan yang paling sering adalah naik gunung. Pernah dalam sebulan hampir tiap akhir minggu aku habiskan di gunung. Dan bahkan aku sempat merasakan solo hiking dan mewujudkan salah satu cita-cita untuk bisa berdiri di tanah tertinggi di Pulau Jawa. 

Beberapa orang mungkin berpikir uang yang aku gunakan adalah orang pemberian orang tua, mungkin karena beberapa hal aku terlihat seperti itu. Maksudku, aku terlihat tak pernah kesusahan, dan tetap selalu punya uang cadangan. Tapi percayalah, hidupku nggak semudah itu.

Semester pertama hingga semester keenam, aku habiskan dengan "numpang" di kontaraan salah satu kakak sepupuku. Memang karena suatu hal juga, kakak sepupuku sengaja memintaku untuk bisa menetap di sana dan membantu kesehariannya. Ada empat orang yang tinggal di sana. Aku, kaka sepupuku, anak kakak sepupuku, dan adik kakak sepupuku. Dan cuma ada dua kamar di rumah itu, satu untuk kakak sepupuku, satu untuk adik kakak sepupuku. Coba tebak di mana aku tidur selama tiga tahun itu?  Yup, di depan televisi di ruang tengah. Awalnya aku cuma pakai kasur lipat tipis, tapi setelah beberapa lamanya bapak mengirimkan kasur. Tapi ada pula pada beberapa waktu aku bahkan nggak pakai sama sekali. Maksudku, aku benar-benar hanya tidur beralaskan karpet plastik beberapa hari, bahkan minggu. Ya, dan nggak semua orang tahu itu. Sejujurnya mereka nggak perlu tahu.

Semasa kuliah, untuk jalan-jalan dan naik gunung pun juga memiliki kasus yang serupa. Orang lain kira mungkin aku selalu dapat uang jajan lebih untuk digunakan jalan-jalan ke sana kemari, tapi nyatanya tidak. Aku memang mendapat uang saku dari orang tua, tapi jika untuk jalan-jalan dan hobi, hati ini nggak sampai kalau harus minta uang yang diusahakan orang tua dengan kerja keras. Kalo diingat-ingat, waktu itu aku pernah tergabung dalam tim SKDU BI, yang bekerja menyebarkan angket survey untuk penelitian BI setiap triwulan. Uangnya lumayan untuk nambah-nambah uang jajan buat jalan waktu itu. Selain itu aku juga berkesempatan dapat beasiswa PPA, yang sebagian aku gunakan untuk ke Semeru.

Dan kebiasaan itu masih berlanjut sampai sekarang. Aku memang membeli beberapa barang yang bahkan harganya nggak masuk akal untuk orang awam, tapi aku merasa baik saja ketika aku menggunakan uang sendiri. Beberapa orang mungkin akan mengira aku mendapatkannya secara cuma-cuma dari orang tua, tapi biarkan saja mereka berpikir demikian. Mereka tidak perlu tahu segala kerja kerasku. Seperti sebuah ujaran yang aku lupa milik siapa, "keep your hard work in silence, let the success become noises".

Sekian.

No comments:

Post a Comment