Tuesday, January 26, 2016

Funtastic Four goes to Sumbing



Akhirnya blog ini nggak terisi kalo aku nggak pergi-pergi ya haha. Maaf.
Oke kali ini aku ada cerita bagus nih.

walaaa. masih bersih, kinclong, belum kehujanan dan belum ngglumut.

Jadi ceritanya kemarin anak-anak team imoet punya rencana buat reuni. Singkat cerita sih kita setuju buat reuni di Gunung Sumbing tanggal 21 Januari 2016. Dan pada akhirnya hanya empat orang selo yang bisa ikutan, yak siapa lagi kalo bukan Avan, Radil, Imam dan akika sendiri. Hahaha. Yah gak papa deh ya tetep gaaas aja berangkat kita. Penting yaqin! Hahaha.

Nah, berikut ini adalah cerita perjalanan kami...


Kamis, 21 Januari 2016

Kamis pagi pukul 8.00 kami semayan untuk kumpul dulu di rumah Avan. Yah tapi tetep aja molor, sesuai perkiraan karena nunggu imam yang baru bangun sekitar jam 8.30 dengan “morning gengs”-nya hahaha. Setelah imam dateng, kira-kira pukul 12.00 kita cuss berangkat motoran menuju Basecamp Sumbing di Dusun Garung, Kledung. 

Sampai di basecamp kira-kira pukul 14.00. Kami putuskan untuk leha-leha bentar sambil makan dan ngecek apa apa aja barang yang masih kurang. Setelah mengisi buku registrasi, kami pun bersiap untuk melakukan pendakian. Sempet digoda pulalah buat naik ojek sampe pos 1, tapi yah karena budget yang minim ya kita menolak dan milih jalan. Alamak pak, dua puluh lima rebu kali empat itu bisa dapet mie ayam, bakso, es jeruk, es teh, gorengan sampe wareg dan muleg muleg. Bhay. 

Basecamp – Pos 1

Bermodal bismillah kami berangkat dari basecamp kira-kira pukul 15.00. Oh iya, btw dari basecamp Garung ini ada 2 rute pendakian, yaitu Jalur Lama dan Jalur Baru. Karena tahun 2014 lalu aku pernah lewat Jalur Baru dan kapok-udah-sekali-itu-aja, serta saran dari bapak-bapak basecamp untuk menempuh Jalur Lama, jadi kita memutuskan untuk melakukan pendakian via Jalur Lama dengan target aman terkendali dan selamat kembali sampai rumah. 

tiga lelaki itu yang bergaya bak cover album lagu religi.

Jalan yang ditempuh dari basecamp hingga Pos 1 adalah jalanan batu dan melewati ladang petani. Sayur-mayur di kanan kita dan garis-garis ladang, serta beberapa petani kami lewati pula. Kadang terdengar pula “suara lebah” dari ojek yang mengantarkan beberapa pendaki yang mau turun ke basecamp. Seru-seru serem deh kalo lihat yang pada naik ojek. Hahaha. Yak, tak lupa pula kami ditemani cuaca yang gerimis-gerimis lucu hingga kami tiba di Pos 1. Jalan kaki dari basecamp kami tempuh kurang lebih selama 2,5 jam.

Pos 1 – Pos 2 

Kira-kira pukul 19.00 kami baru beranjak dari Pos 1 menuju Pos 2. Karena hujan dan gelap bisa dikatakan trek Pos 1 menuju Pos 2 ini cukup menyiksa kaki dan batin. Licin-licin gemas dan menanjak dengan bonus yang tipis-tipis doang. Ulala. Rasanya sedih banget kok nggak nyampe-nyampe ya ini. Gak kebayang deh si imam yang bawa air pake dirigen 5 literan di dalam carrier belum termasuk air minumnya. (Btw walo awalnya kami agak geli sama imam yg sampe segitunya, tapi nantinya air yang dibawa imam inilah yang justru menyelamatkan kami ketika terpaksa harus nambah camp 1 hari lagi wkwk thanks mam!)

Setelah melewati trek lucu dari Pos 1, akhirnya kami menginjakkan kaki pula di tanah datar di Pos 2. Dan yang bikin gimana adalah sepanjang Pos 1 hingga Pos 2 ini tak kami jumpai pendaki lain. Huuuh sedih rasanya jadi ngga ada yang bikin semangat atau di sapa. Hmm tapi ndak papa lah yang penting kami jalan berempat dan tetap selamat. Pos 1 hingga Pos 2 memakan waktu tempuh sekitar 2,5 jam karena trek lucu tadi itu. Wkwkw. 

Pos 2 – Pos 3 

Kira-kira pukul 21.30 kami tiba di Pos 2. Dan karena sedari awal kami memutuskan untuk camp di Pos 3 atau sekitar camp ground di bawah Pestan, kami tak berlama-lama di Pos 2 dan segera melanjutkan perjalanan. Eh, diselingi bongkar flysheet, buka segel dan snacking juga ding karena perut mulai lapar. Yaah sekedar pengganjal buat boongin perut biar gak kriuk-kriuk mulu wkwk. 

Setelah snack berlalu, tanpa lama-lama lagi kami lanjut jalan dari Pos 2 ke Pos 3. Trek di Pos 2 hingga Pos 3 ini bisa dibilang... lebih parah. Awas aja deh hati-hati kalo nggak pinter cari-cari jalan beh subhanallah heb. Macam trek dari Pos 3 hingga Sabana Satu-nya Merbabu. Tips aja sih pinter-pinter cari jalan yang struktur tanahnya belum mengeras jadi enak buat pijakan dan nggak licyin. Tapi yah alhamdulillah team keong kami lumayan dapat jalan enak walopun beberapa kali aku kejebak jalan licin dan mati langkah. Sempet offside juga sampe ngglumut pokoke. Hahaha. Trek Pos 2 hingga Pos 3 ini kami tempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam.

Hingga kemudian kira-kira pukul 23.00 kami sampai di camp ground Pos 3. Yah sesuai rencana sih kami langsung buka’an. Imam dan Radil pasang flysheet buat carrier, Dian dan Avan bikin tenda sama masukin barang-barang. Pokoknya semua selesai dan masuk tenda kira-kira pukul 23.30, dan kemudian kami masak makan malam yang telat kelewat larut. Hahaha

Yuhu. Bahas makanan akhirnya. Jadi rencana dari awal pas bahas tentang menu makan di chat adalah ayam kecap dan lodeh. Yah aku yang cewek sendiri dalam rombongan ya mo gimana juga ngerasa bertanggung jawab atas itu dan logistik. Tapi ya jujur aja sih di rumah belum pernah masak gituan sendiri, nah ini apa lagi masak di gunung. Pegang pisau aja fales kata mas udin. Wkwk. Tapi yah, alhamdulillah aku tetap bisa masak tuh ayam kecap tanpa mengandung efek samping sakit perut. Hahaha. Pokoknya hedon banget tuh kita malam pertama makan ayam kecap sama lodeh. Wkwkwk. 

makan malam hedon kita nih heb!
beruntunglah wahai kalian manusia yang mendapat kesempatan mencicipi ayam kecap premier dian.

Hari kamis pun kemudian kami tutup dengan mapan tidur sekitaran pukul 1.00 dini hari. Pokoknya makan hedon, kenyang, terus bubuk imut mimpi indah. Tsah.

Jum’at, 22 Januari 2016 

Sekitar pukul 06.00 pagi Dian terbangun akibat pegal—pegal karena tidur yang nggak mapan. Yah langsung bikin-bikin teh, masak nasi dan masak sarden yang cepat dan gampang. Dan hampir aja nasinya gagal. Padahal nasi yang semalam dibikin Imam aja sukses enak pas banged, lah masa ini aku yang bikin mah mo gagal. Ha yo lak isin to heb! Yah untungnya masih bisa diselamatin sih walo jadinya nggak seenak nasi bikinan Imam. (T_T)

avan yang lagi merenungkan dedek lucu yang kemarin dipamitin naik gunung.
Selanjutnya adalah acara sarapan pagi yang pake adegan Imam susah bangun, yah maklumlah mengingat semalaman bawa carrier-nya aja kek isi batu bata gitu. Wkwk. Singkat cerita sih setelah sarapan selesai, kami segera prepare-prepare buat summit. 

Pos 3 – Pestan

Kami bertolak dari Pos 3 menuju Pestan kira-kira pukul 08.30. Treknya lumayan enak dilalui sih dan sepanjang trek ini pun ternyata kami menjumpai beberapa camp ground dan beberapa kelompok pendaki lain. Wah mayan nih jadi bikin semangat lagi buat jalan kalo banyak temennya. Hehehe. Trek Pos 3 hingga Pestan ini kira-kira kami tempuh dalam waktu 45 menit.

ngglumut tapi tetep imut. ya nggak? udaaah, iya aja. :p

Pestan – Pasar Watu
 
Yah dengan jalan pelan sambil pemanasan kembali, kami tiba di Pestan kira-kira pukul 09.15. Di Pestan kami sempat mengambil beberapa gambar dan buka segel dikit laah. Lalu kami segera melanjutkan kembali perjalanan menuju Pasar Watu. 

Trek Pestan ke Pasar Watu yah sesuai aja sama namanya, batu semua, di mana-mana batu. Lumayan bikin gemes juga sih jalannya. Tapi kami tep gak pantang menyerah pokoknya jalan terus pantang kembali sebelum tercapai puncak idaman yeaah (jadi kebawa slogannya mapala unisi wkwk). O iya, Trek Pestan ke Pasar Watu kurang lebih kami tempuh selama  45 menit.

Pasar Watu – Watu Kotak

Mungkin sekitar pukul 10.15an kali ya kami sampai di jalan turun Pasar Watu. Entah ya pukul berapa sih tapi soalnya aku kehilangan jejak waktu karena kami nggak rehat di sini dan langsung jalan terus. Yah, kan enak tuh di sana ada jalan turunnya, bonus tipis laaah jadi ya langsung dibablas aja. Wkwkw. 

Pokoknya kami jalan terus dan mulai berpapasan dengan beberapa rombongan pendaki yang hendak turun dari puncak. Yah kalo mereka di tanya sih ya bilangnya “semangat, bentar lagi, semangat, bentar lagi” tapi pas dijalanin kok ya rasanya gak nyampe-nyampe ya heb. Dan kira-kira 45 menit kemudian kami baru sampai di Watu Kotak.

Watu Kotak – Persimpangan Puncak 

Kira-kira nih ya kami sampai di Watu Kotak pada pukul 11.00. Di Watu Kotak kami sempat menjumpai rombongan pendaki dari SMA Van Lith Muntilan. Wih tetangga. Hahaha. Sempet rehat bentar sih, tapi ya abis itu langsung gass lagi dah tanpa buka’an. 

Selepas dari Watu Kotak sebenarnya ada satu spot lagi yang juga kami lewati, yaitu Tanah Putih. Nama Tanah Putih sendiri mungkin di ambil dari kondisi trek yang memang bertanah putih atau cenderung agak kuning yang berasal dari belerang. Mungkin titik ini dulunya sempat menjadi titik keluarnya gas belerang sehingga daerah Tanah Putih menjadi seperti itu.

Hingga sampailan kami di Persimpangan Puncak antara Puncak Buntu dan Puncak Kawah sekitar pukul 12.10. Trek sepanjang Watu Kotak hingga Persimpangan Puncak ini batu-batu gitu. Dan sejujurnya saja tenaga kami dah tipiiiisss banget dah heb. Tinggal sisa—sisa keikhlasan dari sarapan sarden yang bikin eneg di perut, tapi ya tetep aja perut keroncongan minta sajen. Sedih heb.

di persimpangan puncak. btw yang kecil item item di bawah itu imam ahahaha.

Dan karena sedari awal kami menargetkan untuk bisa lewat ke Puncak Kawah dan turun ke kawah (ah, jadi inget pelantikan Granula dulu di Kawah Sumbing tapi aku ga mau turun kawah dan ga ikut foto barengnya :” ) maka kami langsung cuss ambil jalur ke kanan menuji Puncak Kawah dan Puncak Rajawali. Luamayan treknya agak landai memutar gunung gitu. Kami juga menjumpai beberapa pendaki yang turun dari puncak. Katanya sih “sepuluh menit lagi” kalo gak ya “di puncak sepi banget” jadi kami semangat gituuu. Eh tapi ketika udah hampir sampai di Puncak Rajawali kami mendapati beberapa pendaki yang turun dan berkabar kalo Puncak Rajawali “agak serem” untuk bisa di capai. Dan benar aja ketika kabut agak turun dan kami lilhat treknya. Duh heb.

Akhirnya pada pukul 12.36, karena waspada sama cuaca yang nggak menentu kita memutuskan untuk langsung aja naik ke bibir kawah, yah kalo bisa dikatain sih bibir kawah di tengah-tengah antara Puncak Buntu dan Puncak Rajawali. Dan ternyata spot kita di situ nggak seburuk yang dipikirkan. Ah, terihat kawah di bawah itu, yang 5 tahun lalu aku jumpai di gunung pertamaku. Aku coba cari spot-spot yang mungkin aku kenali ketika 5 tahun lalu berdiri di bibir kawah ini, tapi tetep aja nggak ketemu. Nggak inget apa-apa, ingetnya cuma dulu itu capek banget dan angin gerimis kabut yang menyiksa. Hahhahahaha. 

ini foto FAVORIT AKU BANGET. ngetawain apa sih? ah, ceritanya lagi ngetawain hidup gitu aja ya :")
muka bahagianya manaaaaaah ? ini. :p

Di bibir kawah ini kami sempatkan untuk foto-foto lucu dan makan roti snack yang kami bawa. Leha-leha lah pokoknya hingga pukul 13.20 dan cuaca mulai gerimis lucu. Akhirnya kami memutuskan untuk segera turun sebelum hujan makin menjadi.

Puncak – Pos 3

Benar saja ketika kami turun hujan mulai membasahi bumi. Kami sempat juga rehat cukup lama di bawah Waku Kotak karena nungguin Avan yang harus menjalankan hajat yang tak bisa ditunda lagi :p wkwkw. Dan setelah itu ya, wuihhhh hujannya heb, sadis. Apalagi jalan yang kami lewati dari Pasar Watu ke bawah treknya tanah merah gitu. Kan licyin heb. Aku aja sempet offside beberapa kali sampe ngglumut. Wkwkw -__-
Singkat cerita sih turun dari Puncak sekitar 13.20 dan sampai camp di Pos 3 sekitar pukul 15.30 dengan keadaan basah kuyup sampai ke dalam-dalam. Hahaha. Imam langsung buka flysheet lagi, bikin bifak buat kita teduh karena dilarang masuk tenda jika basah, nanti kotor (Taulah sterilnya Imam kek apa -_-). 

Sempat bimbang juga kita antara mau lanjut packing dan segera turun sebelum malam, ataukah menambah waktu buat ngecamp semalam lagi. Akhirnya setelah menimbang dan menghitung jumlah logistik serta sisa air yang berkecukupan, akhirnya kita memutuskan untuk ngacamp lagi. Radil harus ngalah sih, padahal besoknya ada acara tapi ya jadi gagal wkwkw :p maaaf ya dil. Nah ini nih untung banget kita air cukup karena dari semalam masak-masaknya pake air 5 liter yang dibawa Imam. Ah, saviooooor bangetlah.

Selanjutnya setelah bikin dua porsi indomie goreng buat berempat, tiga laki-laki itu menghabiskan sisa sore dan gerimis di bawah bifak sambil ngobrol dan aku sendirian di tenda. Btw sebenernya logistik kami masih ada beras, sarden dan sayuran tapi dah males bikin makanya akhirnya bikin indomie. Dan plis banget ya, dua porsi indomie goreng tuh biasanya kalo buat aku sekali makan, lah ini buat berempat. Tau lah, kurangnya aja pake banget sebenernya tapi untungnya aku ga mood makan jadi buwat kalian aja deh. Wkwkwk. :p

ONE OF THE BEST SELFIE WARBYASAAAK!

Sore hingga menjelang malam kami habiskan dengan masuk tenda, selfie-selfie gilak, ngobrol- ngobrol imut, kemudian tidur. Baru jam 8 dan pada molor dah. Enak banget pokoknya tidurnya bisa puaaas banget sampe pagi. Hahaha.

obrolan malam berlatar sindoro, kabut dan kelip lampu kota. tssaaah.


Sabtu, 23 Januari 2016 

Kira-kira pukul 06.00 tanda-tanda kehidupan mulai muncul di tenda kami akibat kebisingan tetangga sebelah yang mau summit. Yah aku sih lempeng aja lah bubuk lagi. Wkwk. Tapi anak-anak pada bangun gitu. Akhirnya ikut bangun juga dan kemudian ngeteh-ngeteh cantik di depan tenda. Sambil makan roti bakar sisa-sisa keikhasan logistik dan sereal yang dibawa Imam. Disodorin pemandangan Gunung Sindoro, gumpalan awan, dan pelangi di depan mata. Ada pelangi juga pula!!.Uuh. Kurang romantis gimana coba, pake dingin-dingin lucu gitu juga. Wkwk.

Pelanginya di mana coba? | Di bola matamu... Uuu.
Setelah puas menikmati keromantisan alam tadi, kami kemudian segera bergerak mengeringkan baju dan packing-packing untuk turun. Kira-kira pukul 08.30 dengan bismillah kami turun dari Pos 3. Perjalanan turun kami tempuh dengan kurun waktu standar sekitar 50% dari waktu tempuh pas naik. Dari Pos 3 menuju Pos 2 kami tempuh sekitar 45 menit. Kemudian dari Pos 2 ke Pos 1 kami tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Dan kami rehat cukup lama ketika sudah menjumpai Pos 1 yang berupa shelter shelter. Uda banyak ojek lebah aja yang menunggu di sana. Wkwkwk.

Oh iya, trek turun yang kami lewati tak ubahnya dengan trek pas naik. Licyyiiin beh, masih lembab oleh pelukan hujan semalam. Jadi untuk beberapa titik kita mah turun lewat “jalan baru” yang ditemukan Imam, yah semacam jalan agak mblusuk-mblusuk gitu tapi lebih enak soalnya tanahnya masih empuk jadi ngga licyiiin. Tapi pas turun nih ya, tetep aja aku yang paling banyak strike. Sekitar empat kali meluncur pokoknya. Haha. Ealah mungkin karena lemak yang geser sana geser sini jadi nggak imbang. Atau mungkin juga karena nggak ada gandengan jadi hilang keseimbangan. Eaak~ Hahaha. -_-

saat saat antara sebelum radil tertinggal dan imam yang sedang memperagakan gaya dian.
yuk ah pulang, basecamp tinggal selangkah dualangkah tigalangkah ... doang...
Singkat cerita kami sampai di Basecamp Garung sekitar pukul 11.30. Pas beud abis itu hujan-hujan lucu. Hufff untungnya kita dah sampai basecamp duluan. Kami segera bersih-bersih mandi dan makan. Hingga kemudian  sekitar pukul 13.30 setelah hujan agak reda kami segera meluncur kembali ke Muntilan Jaya Raya.

Alhamdulillah yah, three days two nights yang well spend banget bareng kalian. Nambah lagi dah ntar foto-foto yang aku tempel di kamar yey! :3 

Maaf ya kalo masih banya nyebelin dan kurangnya. ): Tapi makasih bangetngetngeeet atas pengalaman-pengalaman barunya yang mungkin nggak bakal aku jumpai kalo nggak bareng kalian. Selalu ada pengalaman baru, selalu ada cerita baru. Semoga bisa bikin next reunion lagi ya. Lebih lengkap juga yang ikut biar makin rame dan seru! :3

O iya, GWS juga buat porter air 5 liter kita yang sampai harus ke dokter THT karena bagian dalem telinga yang katanya bengkak padahal mo pendidikan. ): Ckck. Cepet sembuh ya Mam!

See ya on the next stories!

Cheers,

Zghll.

No comments:

Post a Comment